Iklan Utama

Jumat, 19 September 2008

Mukjizat: Kuasanya Tidak Terkalahkan

Mukjizat: Kuasanya Tidak Terkalahkan

Disembuhkan dari Kanker Limpa Stadium 4

Seperti Diceritakan oleh Shinta Dame Panggabean (39 tahun) ..
Saya adalah seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak.

Penderitaan yang Tak Terbayangkan
Sejak tahun 2002, kepala saya terasa pusing, perut saya terasa mual, nyeri
dan saya sering muntah-muntah. Saya didiagnosa terkena sakit maag. Dua tahun
kemudian, penyakit ini bertambah parah: perut di bagian kiri terasa keras
dan sakit.

Divonis Sakit Kanker Limpa Ganas
Di bulan November 2004, saya menjalani pemeriksaan USG Abdomen (daerah
perut) dan CT Scan di sebuah RS di Jakarta Timur. Dari hasil pemeriksaan,
saya dinyatakan terkena kanker limpa! Hati saya begitu gentar mendengarnya.

Kemudian saya dipindahkan ke RS yang lebih besar di Jakarta Pusat untuk
menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Dokter mengatakan bahwa limpa saya harus
diangkat! Betapa sedih dan kecewa hati saya mendapati sakit saya begitu
parah. Saya merasa Tuhan tidak mengasihi saya dan telah meninggalkan saya.
Ada perasaan putus asa, bahkan sempat berpikir mau mati saja.

Pada tanggal 11 Januari 2005, saya menjalani operasi yang berlangsung selama
7,5 (tujuh setengah) jam. Kondisi limpa yang diangkat: telah membesar dan
berbenjol-benjol. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi (PA).
Berdasarkan hasil PA, dokter menyatakan bahwa saya menderita sakit kanker
limpa ganas stadium 4 yang sudah menyebar.

Setelah Dioperasi ...

Beberapa minggu setelah operasi pengangkatan limpa, ke dua kaki saya tidak
bisa digerakkan. Akibatnya, semua aktivitas harus dilakukan di tempat tidur.

Bahkan, tumbuh 3 buah benjolan sebesar telur burung puyuh di leher, perut
dan tengkuk. Dokter yang memeriksa saya mengatakan bahwa benjolan-benjolan
itu disebabkan karena sel-sel kanker telah menyebar dan menyerang kelenjar
getah bening. Oleh karena itu, saya harus menjalani kemoterapi sebanyak 6
kali.

Kemoterapi pertama pada tanggal 28 Februari 2005 mengakibatkan komplikasi di
paru-paru dan terjadi penyumbatan pembuluh darah di jantung. Akibatnya,
kondisi saya terus menurun sampai akhirnya saya tidak sadarkan diri dan
dimasukkan ke ruang ICU. Dokter memperkirakan umur saya tinggal 1 minggu
lagi. Kondisi saya sangat memprihatinkan. Dokter sudah angkat tangan. Para
hamba Tuhan dari tim KPPI dengan setia terus mendoakan saya. Kondisi saya
mulai membaik.

Setiap kali selesai di kemoterapi, saya selalu merasa mual. Makanan yang
masuk hanya bisa melalui infus. Berat badan saya turun dari 61 kg menjadi
23 kg. Kuku-kuku pada kedua tangan dan kaki menghitam dan sebagian kulit
juga menghitam dan rambut saya rontok. Siapapun yang melihat kondisi saya
pastilah merasa prihatin.

Pengharapan yang Timbul karena KPPI
Meskipun demikian, pengharapan akan suatu mujizat tidak pernah pupus.
Dengan gigih suami saya selalu menguatkan dan mendorong saya untuk tidak
berputus asa dan tetap berharap kepada Tuhan. Hamba-hamba Tuhan dari tim
KPPI yang mendoakan saya selama dua bulan saya dirawat di RS terus menerus
mengingatkan bahwa Yesus adalah Allah Penyembuh. Sungguh suatu pertolongan
Tuhan bagi saya. Mereka juga mengajak kami ke KPPI agar saya didoakan dan
menerima mujizat kesembuhan.

Pada tanggal 10 Maret 2005, suami saya datang ke KPPI untuk pertama kalinya
mewakili saya yang tidak dapat hadir karena tubuh saya masih terasa amat
lemah akibat kemoterapi. Sebulan berikutnya, ia kembali datang ke KPPI. Apa
yang ia lihat di KPPI dipraktekkannya di rumah: ia berdoa dan menumpangkan
tangan ke perut saya. Lalu ia menyuruh saya bertindak dengan iman untuk
menggerakkan anggota tubuh saya. Ajaib! Kaki saya mulai bisa digerakkan,
bahkan saya sudah mulai bisa merangkak.

Setia Menghadiri KPPI
Saya bertekad untuk datang ke KPPI meski kondisi saya masih begitu lemah.
Akhirnya, pada tanggal 28 April 2005, saya datang untuk pertama kalinya ke
KPPI bersama suami saya. Saya belum bisa berjalan sendiri dan harus dipapah
memasuki ruangan. Tapi sejak kedatangan saya ke KPPI, perubahan besar
terjadi. Saya mulai bisa berjalan sendiri. Proses kesembuhan itu sedang
berlangsung.

Saya dengan setia terus menghadiri KPPI, juga kebaktian-kebaktian Follow Up
KPPI di wilayah Cibubur.

Mujizat Itu Datang
Pada tanggal 15 Juni 2005, saya menjalani USG yang ke 2. Alangkah gembira
hati saya mendengar hasilnya. Dokter menyatakan bahwa tidak ditemukan sel
kanker lagi dalam tubuh saya. Puji Tuhan! Saya dinyatakan sudah sembuh.

Pada bulan Juli 2005, saya datang kembali ke KPPI. Sepulang dari KPPI,
suami saya kaget ketika melihat saya sudah bisa berjalan dengan cepat!
Sejak saat itu, saya sudah mulai dapat melakukan aktivitas sehari-hari,
seperti: memasak, pergi ke pasar dan membersihkan rumah .

Dipulihkan Secara Total!
Pada bulan Agustus 2005, saya benar-benar merasakan perubahan total pada
seluruh tubuh saya. Berat badan saya sudah naik menjadi 54 kg. Efek samping
kemoterapi yaitu pigmentasi pada kulit, kuku, dan mata semuanya telah hilang
dan rambut saya berangsur-angsur mulai tumbuh. Saya merasa kuat dan sehat.

Pada bulan Agustus 2005, saya kembali pergi ke dokter untuk mencek penyakit
saya. Sekali lagi dokter menyatakan bahwa tidak ada sel kanker dalam tubuh
saya! Saya sudah disembuhkan secara total. Tuhan Yesus sungguh ajaib. Dia
teramat baik bagi saya.

Mukjizat Ekaristi

Mukjizat Ekaristi

Sumber: http://yesaya.indocell.net/id393.htm


Kisah-kisah singkat tentang mukjizat Ekaristi berikut ini
disampaikan untuk meneguhkan iman kita akan Kehadiran Nyata Yesus
Kristus dalam Sakramen Mahakudus. Namun demikian, bagi mereka yang
tidak percaya, tidak akan ada penjelasan yang dapat meyakinkan
mereka. Sebaliknya, bagi mereka yang percaya, tidak akan ada
penjelasan yang diperlukan lagi.


LANCIANO, sekitar 700 M


Mukjizat Ekaristi LancianoLanciano adalah sebuah kota kecil di
pesisir Laut Adriatic di Italia. Lanciano berarti "tombak". Menurut
tradisi, Santo Longinus, prajurit yang menikamkan tombaknya ke
lambung Yesus hingga mengalir Darah dan Air (Yoh 19:34), berasal
dari Lanciano. Longinus bertobat setelah peristiwa penyaliban dan di
kemudian hari wafat sebagai martir demi imannya.

Pada masa terjadinya mukjizat Ekaristi ini, suatu bidaah (ajaran
sesat) menyebar dalam Gereja menentang ajaran tentang Kehadiran
Nyata Yesus Kristus dalam Ekaristi. Dalam hati seorang imam timbul
keragu-raguan dan keragu-raguannya itu semakin lama semakin kuat.
Suatu pagi, saat Konsekrasi dalam perayaan Misa, tubuhnya gemetar
dan berguncang hebat. Di hadapan umat, ia menunjukkan apa yang telah
terjadi.

Hosti telah berubah menjadi Daging dan anggur menjadi Darah!


Mukjizat ini terjadi hampir 1300 tahun yang silam dan berlangsung
hingga kini. Sekitar tahun 1970-an dilakukan penelitian dan hasilnya
membuktikan bahwa daging tersebut adalah jaringan jantung manusia
dan darahnya adalah darah manusia, keduanya memiliki golongan darah
AB. Darah memiliki karakteristik darah hidup dan tidak diketemukan
adanya bahan pengawet atau sejenisnya, baik dalam daging maupun
dalam darah. Kami merenungkan mukjizat Lanciano dengan Kitab Suci:

Mukjizat LancianoMaka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia
dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup
yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman." (Yoh
6:53-54)

Bangkitkanlah dalam diri kami rasa lapar dan haus akan santapan
Ekaristi-Mu, ya Kristus, agar dengan mengikuti-Mu dan mencicipi roti
surgawi-Mu, kami boleh datang untuk menikmati kehidupan kekal.

TRANI, tahun 1000


Pasa masa terjadinya Mukjizat Ekaristi ini, adalah seorang wanita
Yahudi yang amat benci pada Gereja Katolik. Gereja St. Anna, dulunya
adalah sebuah sinagoga, tetapi kini telah menjadi Gereja Katolik di
mana orang-orang Yahudi yang telah bertobat bersembah bakti kepada
Tuhan. Hari Kamis Putih, yaitu malam ditetapkannya Sakramen
Ekaristi, adalah malam terjadinya mukjizat.

Wanita Yahudi berhasil membujuk seorang wanita Katolik yang murtad
untuk membawakan baginya sekeping Hosti yang telah dikonsekrasikan.
Setelah menerima Komuni Kudus, wanita itu tidak menyantap Hosti,
melainkan membawanya kepada si wanita Yahudi guna mendapatkan
imbalan sejumlah uang. Si wanita Yahudi kemudian pergi ke tungku
dapur dan menjerangkan periuk yang telah diisinya dengan minyak.
Ketika minyak dalam periuk mendidih, ia melemparkan Hosti Kudus ke
dalamnya. Wanita itu sangat terkejut ketika Hosti berubah menjadi
daging dan mulai mengeluarkan banjir darah.

Wanita Yahudi itu amat ketakutan sementara darah terus membanjir
hingga meluber ke luar periuk. Para tetangga berdatangan untuk
melihat mengapa ia berteriak-teriak, maka ia menceritakan kepada
mereka apa yang telah terjadi. Beberapa wanita bergegas
melaporkannya kepada imam yang segera datang dan melihat darah yang
membanjir. Imam mengambil daging dari periuk dan membawanya ke
Katedral Trani. Sebuah monstran perak berhias indah dirancang khusus
bagi Kristus. Di tengah monstran ditempatkan dua bagian kecil dari
Hosti yang tergoreng. Warna sebagian besar Hosti adalah coklat tua
dan Hosti yang tercelup darah itu tidak mengalami kerusakan. Hosti
disimpan dengan hormat serta dapat dilihat di katedral.

Selama berabad-abad dilakukan penyelidikan serta analisa terhadap
Mukjizat Ekaristi ini. Pada tahun 1384, Paus Urbanus VI mengunjungi
Trani dan menyatakan bahwa Hosti secara ajaib tidak mengalami
kerusakan. Suatu pengakuan mengagumkan atas Kehadiran Nyata Yesus
dalam Ekaristi.

FERRARA, tahun 1171


Basilika St Maria, FerraraMukjizat ini terjadi di Gereja St. Maria
dari Ford di Ferrara, Italia lebih dari 800 tahun yang silam.
Mukjizat terjadi pada Hari Minggu Paskah pada saat Konsekrasi.
Ketika Hosti dipecah menjadi dua bagian, semua yang hadir terkejut
melihat cucuran darah muncrat dari Hosti. Darah yang memancar
demikian banyak hingga memercik ke dalam kubah setengah lingkaran
yang berada di belakang dan di atas altar. Tidak saja para saksi
mata melihat darah, mereka juga melihat Hosti telah berubah menjadi
daging.

Uskup Ferrara dan Uskup Agung Gherardo dari Ravenna datang serta
menyaksikan darah dan Hosti yang telah menjadi daging. Mereka
menyatakan bahwa darah dan Hosti adalah sungguh Tubuh dan Darah
Yesus Kristus. Paus Eugenius IV dan Paus Benediktus XIV mengakui
mukjizat ini. Paus Pius IX mengunjunginya pada tahun 1858 dan
mengenali tetesan-tetesan darahnya serupa dengan tetesan darah dalam
Mukjizat Orvieto dan Bolsena.

AUGSBURG, tahun 1194


WunderbarlichenMukjizat ini terjadi ketika seorang wanita ingin
menyimpan Hosti yang telah dikonsekrasikan dalam rumahnya. Suatu
pagi, ia menerima Ekaristi, tetapi tidak menyantapnya. Ia membawa
pulang Hosti dan menempatkannya dalam segel, menjadikannya suatu
reliqui sederhana. Ia menyimpan Tubuh Kristus di rumahnya selama
lima tahun, tetapi lama-kelamaan timbul perasaan bersalah hingga
akhirnya ia mengatakannya kepada pastor paroki.

Pastor Berthold, imam setempat, terperanjat ketika membuka segel
reliqui. Dialah yang pertama melihat bahwa Hosti telah berubah
menjadi sesuatu yang tampak seperti daging dengan lapisan-lapisan
merah yang nampak jelas. Imam mendiskusikan masalah ini panjang
lebar dan memutuskan bahwa mereka akan dapat mengidentifikasikannya
dengan lebih baik jika daging dibagi menjadi dua bagian. Mereka
keheranan ketika mendapati bahwa daging tidak dapat dibagi karena
disatukan oleh pembuluh-pembuluh darah yang seperti benang. Diyakini
kemudian bahwa daging tersebut adalah daging Tuhan kita Yesus
Kristus.

Uskup Udalskolk dengan seksama meneliti mukjizat tersebut dan
memerintahkan agar mukjizat Hosti ditempatkan kembali ke dalam segel
reliquinya semula untuk dipindahkan ke katedral.

Mukjizat Hosti dan segelnya kemudian ditempatkan dalam suatu wadah
kristal dan disimpan dalam kaca. Hosti tetap dalam keadaan semula
hingga hampir 800 tahun.

Setiap tahun pada tanggal 11 Mei, pada perayaan Fest des
Wunderbarlichen, yaitu Pesta Mukjizat Harta yang Mengagumkan, Hosti
dihormati dengan perayaan Misa yang khidmat dan pakaian liturgi
khusus.

Ya Kristus, berilah kami rahmat untuk memahami lebih baik serta
membagikan kebenaran akan Kehadiran-Mu yang Nyata dalam
Ekaristi. "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah
kebenaran." (Yoh 17:17).

ALATRI, tahun 1228


Seorang pemudi, yang tertarik pada seorang pemuda, diminta untuk
membawa sekeping Hosti yang telah dikonsekrir agar dapat dibuatkan
ramuan cinta. Sang pemudi menerima Komuni dan berjalan pulang ke
rumah, tetapi karena merasa bersalah ia menyembunyikan Kristus di
suatu pojok rumah.

Beberapa hari kemudian, ia datang dan mendapati bahwa Hosti telah
berubah warna seperti daging. Imam paroki segera diberitahu dan ia
membawa Hosti kepada Uskup. Bapa Uskup menulis surat kepada Paus
Gregorius IX yang isinya:

"Kita patut menyampaikan puji syukur sedalam-dalamnya kepada Dia
yang, sementara senantiasa menyelenggarakan segala karya-Nya dengan
cara-cara yang mengagumkan, pada kesempatan-kesempatan tertentu juga
mengadakan mukjizat-mukjizat dan melakukan hal-hal menakjubkan agar
para pendosa menyesali dosa-dosa mereka, mempertobatkan yang jahat,
dan mematahkan kuasa bidaah sesat dengan memperteguh iman Gereja
Katolik, menopang pengharapan-pengharapannya serta mendorong amal
kasihnya.

Oleh sebab itu, saudaraku terkasih, dengan surat Apostolik ini, kami
menyarankan agar engkau memberikan penitensi yang lebih ringan
kepada gadis tersebut, yang menurut pendapat kami, dalam melakukan
dosa yang teramat serius itu, lebih terdorong oleh kelemahan
daripada kejahatan, terutama dengan mempertimbangkan kenyataan bahwa
ia sungguh menyesal setulus hati ketika mengakukan dosanya. Namun
demikian, terhadap wanita yang menghasutnya, yang dengan
kejahatannya mendorong si gadis untuk melakukan dosa sakrilegi,
perlu dikenakan hukuman disipliner yang menurutmu lebih pantas; juga
memerintahkannya untuk mengunjungi semua Uskup di wilayah terdekat,
guna mengakukan dosa-dosanya kepada mereka dan mohon pengampunan
dengan ketaatan yang tulus …"

Mukjizat Hosti dipertontonkan dua kali setahun, yaitu pada hari
Minggu pertama sesudah Paskah dan hari Minggu pertama sesudah
Pentakosta.

Pada tahun 1960, Uskup Facchini dari Alatri membuka segel tempat
Hosti disimpan dan mengeluarkannya. Uskup menyatakan bahwa Hosti
tetap dalam keadaan sama seperti saat pertama diketemukan, yaitu,
sekerat daging yang tampak sedikit kecoklatan.

Pada tahun 1978, perayaan-perayaan istimewa diselenggarakan untuk
memperingati 750 tahun terjadinya mukjizat.

"Akulah roti hidup. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun
dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari sorga:
Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati." (Yoh 6:48-50)

DAROCA, tahun 1239


Kota di Spanyol ini bukanlah tempat terjadinya mukjizat, melainkan
tempat ditahtakannya mukjizat Ekaristi yang terjadi dalam masa
perang antara Spanyol dan Saracens pada abad ketigabelas.

Seperti kebiasaan, sebelum maju berperang, keenam komandan Spanyol
pergi menghadiri Misa dan menerima Sakramen Tobat. Di pinggiran
kota, mereka diserang secara tiba-tiba oleh pasukan Saracens. Imam
membungkus keenam Hosti yang telah dikonsekrasikan dengan korporal,
lalu menyembunyikannya sementara pasukan Spanyol membalas serangan
Saracens. Setelah pertempuran yang dimenangkan oleh Spanyol itu
usai, imam pergi ke tempat ia menyembunyikan Hosti dan mendapati
bahwa Hosti telah lenyap meninggalkan enam noda darah di korporal.
Rahasia kemenangan mereka dinyatakan oleh Kristus melalui mukjizat
Ekaristi ini.

Masing-masing komandan menghendaki agar korporal disimpan di kota
asalnya. Dari tiga pilihan, akhirnya dipilihlah kota Daroca. Dua
orang komandan tidak setuju akan keputusan tersebut, maka
diusulkanlah suatu jalan keluar. Korporal akan dimuatkan ke atas
punggung seekor keledai Saracen yang dibiarkan pergi sekehendak
hatinya dan tempat di mana keledai itu berhenti akan menjadi tempat
korporal ditahtakan. Sang keledai berhenti di kota Daroca. Darah di
korporal telah dianalisa para ahli dan dinyatakan sebagai darah
manusia.

Ya Kristus, berilah kami pengertian lebih dalam akan wafat-Mu di
salib dan kemenangan-Mu atas setan seperti kemenangan Spanyol atas
Saracens.

SANTAREM, tahun 1247


Mukjizat Ekaristi SantaremSeorang wanita yang suaminya tidak setia,
meminta nasehat dari seorang wanita tenung. Wanita sihir itu
berjanji akan mengubah perilaku suaminya jika si wanita membawakan
baginya sekeping Hosti yang telah dikonsekrasikan. Ia juga
menasehati si wanita untuk berpura-pura sakit agar dapat menerima
Komuni Kudus dalam minggu itu dan segera memberikan Hosti kepadanya.
Si wanita tahu bahwa hal itu dosa. Ia pergi menerima Komuni, tetapi
tidak menyantap Tubuh Kristus. Ia meninggalkan Misa dan dalam
perjalanan menuju tempat wanita tenung, Hosti mulai mengeluarkan
darah. Beberapa orang yang melihat kejadian tersebut menyangka bahwa
ia mengalami pendarahan. Rasa takut menguasai dirinya dan ia pulang
ke rumah, menempatkan Hosti dalam sebuah peti, membungkusnya dengan
saputangan, lalu menutupinya dengan linen yang bersih.

Tengah malam, ia dan suaminya terbangun oleh suatu sinar cemerlang
yang berasal dari peti, yang menjadikan ruangan mereka terang-
benderang. Para malaikat telah membuka peti dan membebaskan Tuhan.
Wanita itu menceritakan kepada suaminya apa yang telah terjadi dan
bahwa dalam peti terdapat sekeping Hosti yang telah dikonsekrasikan.
Berdua mereka melewatkan sepanjang malam dengan berlutut dalam
sembah sujud. Seorang imam dipanggil. Imam membawa Hosti Kudus
kembali ke gereja dan menyegelnya dalam sebuah segel lilin.

Sembilan belas tahun kemudian, seorang imam membuka tabernakel dan
memperhatikan bahwa segel telah terbuka sementara Hosti tersimpan
dalam sebuah piksis kristal. Mukjizat ini, 750 tahun kemudian, yaitu
pada tahun 1997, diperingati dengan berbagai perayaan meriah di
Santarem.

Kita mungkin bertanya mengapa Tuhan mengadakan mukizat-mukjizat ini
bagi kita. Mungkin untuk menyatakan betapa Ia sungguh hadir dalam
Ekaristi dan betapa Ia sungguh mengasihi kita. Ia menghendaki agar
kita semua, termasuk juga domba-domba yang hilang, bergabung kembali
dalam kawanan. Ia mengasihi kita, bagaimana pun berdosanya kita. Ia
adalah Allah Kasih dan Belas Kasihan. Dan Ia menghendaki agar kita
membagikan Kasih dan Belas Kasihan itu kepada sesama.

ORVIETO dan BOLSENA, tahun 1263


Mukjizat ini terjadi pada masa suatu ajaran sesat yang disebut
Berengarianisme merajalela di Eropa. Bidaah ini menyangkal Kehadiran
Nyata Kristus dalam Ekaristi. Pada tahun 1263, seorang imam bernama
Petrus dari Prague sedang dalam perjalanan ziarah ke Roma untuk
berdoa di makam pelindungnya, St Petrus, sebab ia menghadapi masalah
yang amat serius. Ia merasakan kebimbangan yang besar mengenai
Kehadiran Nyata Yesus dalam Ekaristi Kudus. Ia berdoa agar santo
pelindungnya memohonkan rahmat baginya guna menyelamatkan imannya
yang goyah. Dalam perjalanan, ia singgah untuk bermalam di suatu
kota kecil bernama Bolsena, sekitar 70 mil sebelah utara Roma.

Keesokan harinya, Pastor Petrus merayakan Misa Kudus di Gereja St
Kristina. Sementara ia mengucapkan kata-kata konsekrasi, "Inilah
TubuhKu," roti di tangannya berubah rupa menjadi Daging dan mulai
mencucurkan darah dengan derasnya. Darah jatuh menetes ke korporal.
Pastor Petrus amat terperanjat; ia tidak tahu apa yang harus
diperbuatnya. Maka, ia membungkus Hosti Kudus dalam Korporal lalu
pergi meninggalkan altar. Sementara ia berjalan pergi, tetesan-
tetesan Darah jatuh ke atas lantai pualam di altar.

Paus Urbanus IV sedang berada di kota Orvieto, yang tak jauh dari
sana. Pastor Petrus segera menemui paus guna menceritakan apa yang
telah terjadi. Paus segera mengutus seorang uskup ke Gereja St
Kristina guna menyelidiki peristiwa tersebut dan mengambil Korporal.

Segera sesudah paus menerima Korporal dari Uskup, ia pergi ke balkon
Istana Kepausan dan dengan hormat mempertontonkan mukjizat Korporal
kepada orang banyak. Bapa Suci menyatakan bahwa mukjizat Ekaristi
telah terjadi guna mengusir bidaah Berengarianisme. Pada saat yang
sama, seorang pengikut St. Yuliana dari Liège menghubungi paus untuk
sekali lagi memohon demi ditetapkannya Hari Raya Corpus Christi.
Setahun kemudian, pada tahun 1264, Paus Urbanus IV memaklumkan Hari
Raya agung ini kepada seluruh Gereja. (Mukjizat Korporal disimpan
hingga kini di Katedral Orvieto. Lantai pualam bernoda Darah
disimpan di Gereja St Kristina di Bolsena).

CASCIA, sekitar tahun 1300


Mukjizat Ekaristi CasciaCascia adalah sebuah kota kecil di
pegunungan di lembah Umbrian, Italia. Itulah kota kediaman St. Rita
dari Cascia. Jenazah St. Rita yang hingga kini masih utuh
dibaringkan di Basilika Utama. Di bawahnya, di Basilika Kecil,
disimpan Mukjizat Ekaristi dan jenazah Beato Simone Fidati, seorang
imam yang terlibat langsung dalam mukjizat tersebut.

Pada masa terjadinya mukjizat, seorang imam tak lagi memiliki rasa
hormat terhadap Ekaristi. Ketika diminta untuk mengantarkan Sakramen
Mahakudus kepada seorang petani yang sedang sakit, ia mengambil
sekeping Hosti yang telah dikonsekrasikan, menempatkannya dengan
sembarangan di antara halaman-halaman buku breviary, lalu berangkat.
Ketika ia membuka bukunya, ia mendapati bahwa Hosti telah berubah
warna merah darah segar dan darah meresap ke kedua halaman buku di
mana Hosti diselipkan.

Imam tersebut kemudian mohon nasehat Beato Simone Fidati, seorang
imam yang kudus dan dihormati pada masa itu. Pastor Fidati menerima
pengakuan sang imam dan memberinya absolusi. Beato Fidati mengambil
kedua halaman dari breviary itu; satu ditempatkannya di tabernakel
di Perugia dan satunya lagi ditempatkannya di Cascia. Mukjizat
Ekaristi ini diperingati secara istimewa di Cascia setiap tahun pada
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus.

Orang-orang yang melihat ke halaman yang ternoda darah itu dapat
melihat gambar Kristus tertera di sana.

Ya Kristus, berilah kami rahmat agar dapat melihat Engkau dalam
Ekaristi dan mengenali-Mu pada saat pemecahan roti.

HASSELT, tahun 1317


Seorang imam mengunjungi seorang penduduk desa yang sedang sakit. Ia
membawa bersamanya sekeping Hosti dalam siborium dan meletakkan
siborium di atas meja, sementara ia pergi ke kamar lain untuk
berbicara dengan si sakit dan keluarganya. Seseorang yang berada
dalam keadaan dosa berat membuka tutup siborium, memegang Hosti,
lalu mengangkatnya. Seketika itu juga, Hosti mulai berdarah. Imam
memasuki ruangan dan ia amat terperanjat melihat Hosti yang berdarah.

Imam membawa kembali Hosti yang berdarah itu kepada kepala parokinya
yang menasehatinya untuk membawa Mukjizat Ekaristi itu ke gereja
biara para biarawati Cistercian di Herkenrode yang berjarak sekitar
30 mil jauhnya.

Begitu imam tiba di altar biara dan menempatkan Hosti di atas altar,
suatu penglihatan akan Kristus bermahkotakan duri nampak kepada
semua imam yang hadir. Oleh karena mukjizat Ekaristi dan penglihatan
itu, segera saja Herkenrode berubah menjadi tempat ziarah yang
terkenal di Belgia.

Pada tahun 1804, Hosti dibawa ke Gereja di San Quentin di Hasselt,
di mana mukjizat Hosti yang terjadi pada tahun 1317 itu masih tetap
dalam keadaan seperti semula.

BLANOT, tahun 1331


Blanot, suatu dusun pertanian kecil, tidak pernah digambarkan dalam
peta-peta Perancis. Orang-orang Perancis yang meninggalkan Paris dan
wilayah utara untuk menikmati matahari pantai selatan akan
melewatinya dari tahun ke tahun tanpa pernah mengetahui keberadaan
Blanot.

Namun demikian, dusun kecil ini dipilih Tuhan untuk menyatakan
mukjizat-Nya - mukjizat Ekaristi. Pada tahun 1331 penduduk desa
berdatangan dengan berjalan kaki atau dengan mengendarai kuda untuk
merayakan Misa Paskah. Gereja kecil mereka dipadati umat beriman dan
Misa pun dimulai. Kesedihan Masa Prapaskah telah berlalu dan umat
Kristiani di seluruh dunia merayakan sukacita Kebangkitan Yesus.
Dapat dibayangkan bagaimana bunga-bunga liar yang indah di desa itu
telah dikumpulkan dan dirangkai menghiasi gereja untuk perayaan
meriah pagi itu.

"Yesus Kristus telah Bangkit - Alleluia!"

Sementara imam mempersiapkan Hosti, para putera altar membentangkan
kain putih panjang guna meyakinkan bahwa Hosti Kudus tidak terjatuh
di lantai. Umat maju ke altar, sebagian dengan tangan bersilang di
dada dan sebagian lainnya membuka mulut mereka untuk menerima Hosti.
Seorang wanita, dengan sedikit tergesa dan canggung, menutup
mulutnya terlalu cepat sehingga secuil kecil Hosti jatuh ke atas
kain putih. Para putera altar amat terperanjat ketika serpihan kecil
Roti berubah menjadi suatu tetesan berwarna merah!

Segera sesudah umat terakhir menyambut Kristus, para putera altar
bergegas memberitahukan kepada imam apa yang telah terjadi. Imam
menyisihkan kain itu dan mencucinya dalam air bersih beberapa kali,
tetapi, meskipun air berubah warna menjadi merah, bekas tetesan
terus muncul dan semakin membesar. Bekas itu tidak mau hilang. Imam
kemudian sadar bahwa Darah tidak akan mungkin dihapuskan dari kain,
maka ia menggunting bagian yang ternoda Darah dan menempatkannya
dalam sebuah mostrans.

Berita tentang mukjizat ini berkembang amat cepat dan pada hari
Minggu, limabelas hari sesudah paskah, Uskup Autun dari keuskupan
terdekat, datang ke Blanot disertai serombongan imam untuk
menyelidiki kasus tersebut. Di akhir penelitian, tim sepakat dengan
suara bulat bahwa suatu mukjizat telah terjadi. Tahun berikutnya,
Paus Yohanes memberikan indulgensi khusus bagi mereka yang merayakan
Misa di gereja kecil Blanot. Para peziarah dari tempat-tempat yang
jauh berdatangan ke Blanot. Kain di simpan dalam gereja sebagai
tanda nyata akan kasih Allah. Di kemudian hari, kain dipotong dan
reliqui kecil yang berharga itu ditempatkan dalam sebuah botol
kristal. Meskipun harus melewati dua kali masa perang dunia, reliqui
tersebut tidak pernah meninggalkan Blanot. Dalam masa-masa
kesesakan - reliqui dihantar dari rumah ke rumah - dan dari waktu ke
waktu dipergunakan untuk menyembuhkan mereka yang sakit. Dalam masa-
masa tenang, reliqui dihantar kembali ke rumahnya yang pantas dalam
dinding gereja dan di sanalah ia berada hingga saat ini bagi para
peziarah yang datang dari seluruh penjuru dunia untuk menyaksikan
serta bersembah sujud di hadapannya.

BOLOGNA, tahun 1333


Mukjizat ini terjadi pada tahun 1333 di Bologna, Italia karena
seorang gadis remaja saleh yang berumur sebelas tahun memiliki
kerinduan yang berkobar-kobar untuk menyambut Kristus dalam Ekaristi.

Imelda Lambertini dilahirkan dalam sebuah keluarga kaya. Ayahnya
adalah Count Eagno Lambertini. Imelda bergabung dalam Biara
Dominikan ketika usianya baru sembilan tahun. Ia disayangi oleh para
biarawati lainnya. Dalam usia yang masih sangat muda, Imelda
memiliki cinta yang menyala-nyala kepada Yesus dalam Ekaristi dan
karenanya sungguh rindu menyambut-Nya dalam Komuni Kudus. Tetapi,
hal itu tidak mungkin baginya karena usianya belum cukup untuk dapat
menerima Komuni.

Tuhan mengaruniakan kepadanya suatu anugerah istimewa pada Pesta
Kenaikan Yesus ke Surga pada tahun 1333. Sementara ia berdoa, sebuah
Hosti tampak melayang-layang di udara di hadapannya. Imam segera
dipanggil dan ia memberikan kepada Imelda Komuni Kudusnya. Imelda
mengalami ekstasi dan tidak pernah bangun kembali. Ia wafat saat
menyambut Komuni Kudusnya yang Pertama!

Devosi kepada Beata Imelda pun dimulai dan pada awal tahun 1900-an
suatu komunitas Dominikan dibentuk dengan nama Suster-suster
Dominikan dari Beata Imelda. Para biarawati ini berjuang keras
menyebarluaskan cinta dan devosi kepada Ekaristi serta menggalakkan
Adorasi Abadi. Jenasah Beata Imelda yang tetap utuh hingga kini
dibaringkan di Gereja San Sigismondo dekat Universitas Bologna. Paus
St. Pius X memaklumkan Imelda sebagai Pelindung Para Penerima Komuni
Pertama.

Ya Kristus, biarkan kami mati setiap hari bagi-Mu dan menyambut
Engkau dalam Ekaristi seakan-akan itulah komuni kami yang terakhir.
Jadikan kami pula seperti anak-anak kecil, dengan cinta yang polos
dan kepercayaan penuh akan cinta dan belas kasihan-Mu.

MACERATA, tahun 1356


Hanya sedikit catatan yang ada mengenai mukjizat Ekaristi ini,
tetapi kisahnya yang ditulis di atas sebuah perkamen dari abad ke-14
masih ada hingga sekarang.

Mukjizat ini berkenaan dengan perdebatan yang berlangsung beberapa
abad sebelumnya dan yang ditulis oleh St. Thomas Aquinas; yaitu,
apakah Kristus tetap hadir sama dalam setiap bagian Hosti yang telah
dikonsekrasikan setelah Hosti dipecah-pecahkan oleh imam, yang
kemudian memasukkan sepotong kecil Hosti Kudus ke dalam piala berisi
anggur yang telah dikonsekrasikan.

Mukjizat terjadi setelah imam memecahkan sebuah Hosti besar. Darah
mulai memancar dari Hosti ke dalam piala dan membasahi korporal
serta kain altar. Imam kemudian pergi kepada uskup yang mengesahkan
peristiwa mukjizat ini. Korporal dengan Darah Kristus dihormati
setiap tahun di Macareta pada hari Minggu sesudah Pentakosta. Kini
reliqui disimpan di bawah altar Katedral Macerata.

Doa: Ya Kristus, kami ingat akan sabda-Mu dalam Yohanes
6:35: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak
akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan
haus lagi."

MIDDLEBURG ~ LOUVAIN, tahun 1374


Pada tahun 1374, seorang pemuda dengan dosa berat dalam jiwanya
pergi menyambut Komuni Kudus. Ketika Hosti ditempatkan di atas
lidahnya, Hosti berubah menjadi Daging sehingga ia tak dapat
menelannya. Darah menetes dari bibirnya dan membasahi kain pada rel
komuni. Imam bertindak cepat dengan mengambil Hosti Kudus serta
menempatkannya dalam sebuah piala di altar.

Berita mengenai mukjizat ini tersebar keseluruh penjuru Belgia dan
mukjizat Hosti dipindahkan 700 mil jauhnya ke Cologne. Sebuah
ostensorium berhias indah dibuat. Sebagian Hosti dan sepotong kain
dengan noda darah kemudian dibawa ke Louvain di mana telah
dipersiapkan sebuah wadah reliqui yang indah.

Bagian mukjizat Ekaristi yang disimpan di Louvain berwarna agak
kecoklatan dan dapat dikenali dengan mudah sebagai daging. Reliqui
disimpan dalam sebuah wadah reliqui yang dibuat pada tahun 1803.
Dokumen-dokumen penting dan hasil penelitian terhadap reliqui
disimpan dalam perpustakaan Gereja St. Jacques.

BOXTEL ~ HOOGSTRATEN, tahun 1380


Mukjizat terjadi di Boxtel, Belanda, sekitar tahun 1379 di Gereja
St. Petrus. Pada saat Konsekrasi, imam - Pastor Van der Aker -
kehilangan keseimbangan dan menumpahkan isi piala ke atas korporal
dan kain altar. Karena alasan yang tidak diketahui, imam
mempergunakan anggur putih dalam Misa tersebut, tetapi yang tampak
di atas korporal dan kain altar adalah cairan berwarna merah darah!

Setelah Misa usai, imam bergegas ke sakristi untuk mencuci korporal
dan kain altar. Ia berusaha menghilangkan noda darah. Namun
demikian, berbagai usaha yang dilakukannya tidak membuahkan hasil.
Pastor Van der Aker lalu menempatkan kain dalam sebuah piala kecil
dan menyembunyikannya. Menjelang ajalnya, imam mengaku kepada bapa
pengakuannya dan menunjukkan di mana ia telah menyembunyikan
korporal dan kain altar yang kudus itu, masih dengan noda darah
merah yang tertumpah atasnya.

Pastor Van der Aker meninggal dunia pada tahun 1379, dan pada tahun
1380 Kardinal Pileo memaklumkan agar setiap tahun sekali, yaitu pada
tanggal 25 Juni reliqui Darah Mahasuci ditahtakan.

Pada tahun 1652, korporal dan kain altar dengan Darah Mahasuci
dipindahkan ke Hoogstraten, di perbatasan Belgia. Pada tahun 1924,
korporal kudus dikembalikan ke Boxtel, tetapi kain altar tetap
disimpan di Hoogstraten. Bahkan hingga kini masih diadakan perarakan
mukjizat Ekaristi di Boxtel pada Hari Raya Tritunggal Mahakudus.
Umat tidak pernah ragu lagi dalam iman mereka akan kehadiran nyata
Kristus dalam Ekaristi.

BAGNO DI ROMAGNA, tahun 1412


Mukjizat Ekaristi ini terjadi di sebuah kota kecil di Italia bernama
Bagno di Romagna ketika seorang imam merayakan Misa dengan dihantui
keragu-raguan yang besar akan Kehadiran Nyata Kristus dalam
Ekaristi. Setelah mengkonsekrasikan anggur, imam melihat ke dalam
piala dan amat terkejut melihat bahwa anggur telah berubah menjadi
darah. Darah mulai meluap keluar dari piala dan membasahi korporal.
Terguncang oleh peristiwa adikodrati ini, imam segera berdoa mohon
pengampunan. Kelak, ia bahkan digelari Venerabilis karena kesalehan
hidupnya setelah terjadinya mukjizat.

Pada tahun 1912, ulang tahun ke-500 mukjizat Ekaristi, suatu
perayaan besar diselenggarakan. Pada tahun 1958, dilakukan
penelitian ilmiah yang hasilnya menguatkan bahwa darah di korporal
adalah darah manusia dan masih mengandung karakteristik darah
setelah hampir 600 tahun sesudah mukjizat terjadi.

Mungkin mukjizat Darah yang meluap hendak menunjukkan kepada kita
bahwa Yesus sungguh hadir dalam Ekaristi. Mari merenungkan bagaimana
seharusnya kita berubah setelah menyambut Yesus dengan mengijinkan-
Nya tinggal dalam kita dan mengisi kita dengan kuasa Roh Kudus.

FAVERNEY, tahun 1608


Mukjizat unik ini tidak menyangkut Hosti Kudus yang berubah rupa
menjadi daging atau memancarkan darah, melainkan Hosti yang melawan
hukum gravitasi. Mukjizat terjadi setelah pecahnya Reformasi dan
semangat umat beriman semakin mengendor. Pada tahun 1608, pada Hari
Raya Pentakosta, tanggal 25 Mei, gereja dipadati umat dan saat senja
tiba, dua lampu minyak dibiarkan menyala di depan Sakramen Mahakudus
yang ditahtakan sepanjang malam dalam sebuah monstran.

Keesokan harinya, seorang petugas sakristi membuka pintu-pintu
gereja. Ia melihat asap dan menyadari bahwa telah terjadi kebakaran.
Segala daya upaya dilakukan guna memadamkan api; terlihat bahwa
monstran melayang-layang di udara. Berita mulai tersebar dan banyak
orang percaya maupun mereka yang skeptis datang untuk menyaksikan
peristiwa ini. Para imam bergantian mempersembahkan Misa Kudus
sementara semakin banyak orang yang datang untuk menyaksikan
mukjizat. Pada pagi hari Selasa, 27 Mei, dalam Perayaan Misa, saat
Konsekrasi, Hosti Kudus turun ke atas altar yang dibawa ke dalam
Gereja untuk menggantikan altar lama yang musnah dimakan api.

Penyelidikan pun dilakukan dan 54 surat pernyataan berisi kesaksian
berhasil dikumpulkan dari para imam, biarawan, petani serta penduduk
desa. Pada tanggal 30 Juli 1608, Uskup Agung menyatakan peristiwa
tersebut sebagai mukjizat.

Yang menarik adalah kenyataan bahwa altar, taplak altar, dan segala
peralatan lainnya musnah, juga sebuah kandelar didapati meleleh
karena panasnya api. Namun demikian, monstran tetap utuh. Pernyataan-
pernyataan para saksi di bawah sumpah masih disimpan hingga kini
dalam gereja. Sebuah prasasti marmer dipasang di bawah lokasi di
mana Hosti melayang dengan tulisan berikut diukir di atasnya: "Lieu
Du Miracle" yang artinya "Tempat terjadinya Mukjizat."

SIENA, tahun 1730


Mukjizat Ekaristi ini terjadi pada akhir pekan Pesta Santa Perawan
Maria Diangkat ke Surga, di kota Siena, Italia, pada tahun 1730.
Siena adalah sebuah kota yang menawan, yang terkenal karena sejarah
seni dan kebudayaannya, dan juga karena di kota itulah St. Katarina
dan St. Bernardinus dari Siena dilahirkan.

Para pencuri berhasil masuk ke dalam gereja dan mencuri siborium
emas yang berisi 351 Hosti yang telah dikonsekrir. Ketika para
petinggi Gereja menyadari apa yang telah terjadi, segala kegiatan
pada hari itu dihentikan dan doa-doa pun dipanjatkan demi kembalinya
Hosti Kudus dengan selamat. Tiga hari kemudian, Hosti Kudus didapati
muncul dari kotak dana gereja bagi orang-orang miskin dan jumlahnya
masih utuh.

Hosti yang adalah Kristus dibersihkan dan kemudian diarak perlahan
kembali ke gereja di mana dihaturkan sembah sujud. Hosti Kudus tidak
disantap pada waktu itu. Tahun-tahun berlalu dan secara periodik
Hosti disantap dan senantiasa didapati dalam keadaan baru.

Pada tahun 1850, uskup memerintahkan dilakukan pengujian yang
hasilnya menguatkan bahwa Hosti masih dalam keadaan baru. Mereka
juga melakukan pengujian yang sama atas hosti-hosti yang tidak
dikonsekrasikan, yang ditempatkan dalam sebuah kotak kedap udara
pada tahun 1789, ternyata didapati hanya sedikit saja yang tersisa.

DOA: Ya Kristus, ambillah balok dari mata kami! Berilah kami karunia
untuk percaya bahwa Engkau sungguh hadir dalam Ekaristi Kudus,
seperti yang Engkau sabdakan dalam Kitab Suci.

PEZILLA-LA-RIVIERE, tahun 1793


Mukjizat Ekaristi Pezilla-la-Riviere terjadi pada bulan September
1793, bertepatan dengan Revolusi Perancis dan dimulainya masa
pemerintahan yang bengis.

Revolusi dan gelombang anti-Katolik menyebar dengan sangat cepat,
dan kaum religius dikejar-kejar polisi. Dalam Gereja desa terdapat
lima Hosti yang telah dikonsekrasikan; satu Hosti Kudus yang besar
dihantar ke rumah Jean Bonafas, sementara keempat Hosti yang kecil,
yang ditempatkan dalam sebuah piksis, dipercayakan kepada Rose
Llorens. Jean menempatkan Hosti Kudus dalam sebuah kotak kayu serta
menyembunyikannya di bawah lantai rumahnya. Rose menempatkan Hosti
Kudus dalam sebuah cawan gelas bertutup dan kemudian menempatkannya
dalam sebuah tas sutera merah.

Hampir tujuh tahun kemudian, pada hari-hari berakhirnya Revolusi,
keempat Hosti dikeluarkan dari cawan gelas dan suatu segel berwarna
coklat tua terbentuk disekeliling bagian luar cawan. Tujuh hari
kemudian, kotak kayu pun dibuka dan Hosti Kudus yang besar masih
terletak di dalam Monstran, sama indah dan sama putih bersihnya
seperti saat ditempatkan di sana hampir tujuh tahun yang silam.
Hosti-hosti Kudus tetap dalam keadan utuh dan tidak rusak hingga
tahun 1930. Pada waktu itu, Hosti Kudus ditempatkan dalam sebuah
tabernakel yang baru dibangun, yang terletak di belakang altar utama
gereja. Karena alasan-alasan yang tak diketahui, Hosti-Hosti
tersebut menjadi rusak dan Kristus dalam mukjizat tidak lagi hadir.

BORDEAUX, tahun 1822


Setelah berakhirnya Revolusi Perancis, terjadi pembaharuan semangat
iman dan Bordeaux diberkati dengan lahirnya beberapa komunitas
religius baru. Salah satu di antaranya adalah komunitas Keluarga
Kudus dari Bordeaux, di mana mukjizat Ekaristi ini terjadi.

Imam yang memimpin Adorasi Sakramen Mahakudus menulis sebuah dokumen
resmi yang menyatakan bahwa ketika mentahtakan Sakramen Mahakudus,
ia melihat kepala, dada dan lengan Sang Juruselamat di tengah suatu
lingkaran yang mengelilingi-Nya bagaikan suatu lukisan berbingkai,
tetapi Ia tampak hidup. Moeder Superior juga menyatakan bahwa ia
melihat Yesus, juga putera altar dan beberapa saksi lain.
Berdasarkan laporan dan penelitian, Uskup Agung Bordeaux memaklumkan
pengakuan Gereja. Paus Leo XII juga segera menegaskan mukjizat dan
menetapkan Pesta Keluarga Kudus untuk mengenangnya.

Setiap tahun, di biara-biara Kongregasi Keluarga Kudus, diadakan
perayaan menghormati mukjizat Ekaristi ini. Monstran yang
dipergunakan pada hari terjadinya mukjizat senantiasa disimpan di
rumah biara di Bordeaux.

BETANIA, tahun 1991


Semua Mukjizat Ekaristi yang lain terjadi beberapa ratus tahun yang
silam. Tetapi, mukjizat yang terjadi dalam Perayaan Misa di Betania,
Venezuela, terjadi pada pesta SP Maria Dikandung Tanpa Dosa pada
tahun 1991. Sekeping Hosti yang telah dikonsekrir, yang adalah
sungguh Daging Kristus, mulai memancarkan darah. Sesudahnya, sebuah
tim medis memastikan bahwa cairan yang memancar dari Hosti Kudus
adalah darah manusia. Uskup setempat memaklumkannya sebagai tanda
transsubstansiasi dengan mengatakan, "Tuhan hendak menyatakan kepada
kita bahwa iman kita akan Hosti yang telah dikonsekrir adalah benar."

Banyak peristiwa-peristiwa menakjubkan lainnya terjadi di Betania,
termasuk penampakan-penampakan Bunda Maria yang disaksikan oleh
beberapa ribu orang, berbagai penyembuhan-penyembuhan baik jasmani
maupun rohani, dan seorang mistikus bernama Maria Esperanza yang
dianugerahi karunia stigmata, bilokasi, dan levitasi (= terangkat
dan melayang di udara) saat berdoa. Bapa Uskup sendiri menyaksikan
suatu fenomena adikodrati dan menulis sepucuk surat pastoral yang
menyatakan bahwa setelah penelitian dengan seksama, ia memaklumkan
penampakan-penampakan tersebut sebagai benar dan berasal dari kuasa
ilahi.

Kristus dan Bunda Maria berusaha memberitahukan kepada segenap umat
manusia bahwa kita perlu menyerahkan segala kepercayaan kita kepada
Tuhan dan berkarya demi kerajaan-Nya, dan bukan demi ego kita, demi
kebanggaan kita, dan demi kemuliaan kita sendiri. Kita adalah terang
dunia dan karenanya biarlah sesama melihat kita sebagai terang yang
bersinar cemerlang, sebab kita telah ditebus oleh Darah Yesus
Kristus dan karenanya patutlah kita senantiasa memuliakan Allah di
surga!

sumber : "Miracles of the Eucharist" ; The Eucharistic Apostles of
The Divine Mercy; www.thedivinemercy.org
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan
mencantumkan: "diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya"