Iklan Utama

Jumat, 19 September 2008

Mukjizat: Kuasanya Tidak Terkalahkan

Mukjizat: Kuasanya Tidak Terkalahkan

Disembuhkan dari Kanker Limpa Stadium 4

Seperti Diceritakan oleh Shinta Dame Panggabean (39 tahun) ..
Saya adalah seorang ibu rumah tangga dengan 2 orang anak.

Penderitaan yang Tak Terbayangkan
Sejak tahun 2002, kepala saya terasa pusing, perut saya terasa mual, nyeri
dan saya sering muntah-muntah. Saya didiagnosa terkena sakit maag. Dua tahun
kemudian, penyakit ini bertambah parah: perut di bagian kiri terasa keras
dan sakit.

Divonis Sakit Kanker Limpa Ganas
Di bulan November 2004, saya menjalani pemeriksaan USG Abdomen (daerah
perut) dan CT Scan di sebuah RS di Jakarta Timur. Dari hasil pemeriksaan,
saya dinyatakan terkena kanker limpa! Hati saya begitu gentar mendengarnya.

Kemudian saya dipindahkan ke RS yang lebih besar di Jakarta Pusat untuk
menjalani pemeriksaan lebih lanjut. Dokter mengatakan bahwa limpa saya harus
diangkat! Betapa sedih dan kecewa hati saya mendapati sakit saya begitu
parah. Saya merasa Tuhan tidak mengasihi saya dan telah meninggalkan saya.
Ada perasaan putus asa, bahkan sempat berpikir mau mati saja.

Pada tanggal 11 Januari 2005, saya menjalani operasi yang berlangsung selama
7,5 (tujuh setengah) jam. Kondisi limpa yang diangkat: telah membesar dan
berbenjol-benjol. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi (PA).
Berdasarkan hasil PA, dokter menyatakan bahwa saya menderita sakit kanker
limpa ganas stadium 4 yang sudah menyebar.

Setelah Dioperasi ...

Beberapa minggu setelah operasi pengangkatan limpa, ke dua kaki saya tidak
bisa digerakkan. Akibatnya, semua aktivitas harus dilakukan di tempat tidur.

Bahkan, tumbuh 3 buah benjolan sebesar telur burung puyuh di leher, perut
dan tengkuk. Dokter yang memeriksa saya mengatakan bahwa benjolan-benjolan
itu disebabkan karena sel-sel kanker telah menyebar dan menyerang kelenjar
getah bening. Oleh karena itu, saya harus menjalani kemoterapi sebanyak 6
kali.

Kemoterapi pertama pada tanggal 28 Februari 2005 mengakibatkan komplikasi di
paru-paru dan terjadi penyumbatan pembuluh darah di jantung. Akibatnya,
kondisi saya terus menurun sampai akhirnya saya tidak sadarkan diri dan
dimasukkan ke ruang ICU. Dokter memperkirakan umur saya tinggal 1 minggu
lagi. Kondisi saya sangat memprihatinkan. Dokter sudah angkat tangan. Para
hamba Tuhan dari tim KPPI dengan setia terus mendoakan saya. Kondisi saya
mulai membaik.

Setiap kali selesai di kemoterapi, saya selalu merasa mual. Makanan yang
masuk hanya bisa melalui infus. Berat badan saya turun dari 61 kg menjadi
23 kg. Kuku-kuku pada kedua tangan dan kaki menghitam dan sebagian kulit
juga menghitam dan rambut saya rontok. Siapapun yang melihat kondisi saya
pastilah merasa prihatin.

Pengharapan yang Timbul karena KPPI
Meskipun demikian, pengharapan akan suatu mujizat tidak pernah pupus.
Dengan gigih suami saya selalu menguatkan dan mendorong saya untuk tidak
berputus asa dan tetap berharap kepada Tuhan. Hamba-hamba Tuhan dari tim
KPPI yang mendoakan saya selama dua bulan saya dirawat di RS terus menerus
mengingatkan bahwa Yesus adalah Allah Penyembuh. Sungguh suatu pertolongan
Tuhan bagi saya. Mereka juga mengajak kami ke KPPI agar saya didoakan dan
menerima mujizat kesembuhan.

Pada tanggal 10 Maret 2005, suami saya datang ke KPPI untuk pertama kalinya
mewakili saya yang tidak dapat hadir karena tubuh saya masih terasa amat
lemah akibat kemoterapi. Sebulan berikutnya, ia kembali datang ke KPPI. Apa
yang ia lihat di KPPI dipraktekkannya di rumah: ia berdoa dan menumpangkan
tangan ke perut saya. Lalu ia menyuruh saya bertindak dengan iman untuk
menggerakkan anggota tubuh saya. Ajaib! Kaki saya mulai bisa digerakkan,
bahkan saya sudah mulai bisa merangkak.

Setia Menghadiri KPPI
Saya bertekad untuk datang ke KPPI meski kondisi saya masih begitu lemah.
Akhirnya, pada tanggal 28 April 2005, saya datang untuk pertama kalinya ke
KPPI bersama suami saya. Saya belum bisa berjalan sendiri dan harus dipapah
memasuki ruangan. Tapi sejak kedatangan saya ke KPPI, perubahan besar
terjadi. Saya mulai bisa berjalan sendiri. Proses kesembuhan itu sedang
berlangsung.

Saya dengan setia terus menghadiri KPPI, juga kebaktian-kebaktian Follow Up
KPPI di wilayah Cibubur.

Mujizat Itu Datang
Pada tanggal 15 Juni 2005, saya menjalani USG yang ke 2. Alangkah gembira
hati saya mendengar hasilnya. Dokter menyatakan bahwa tidak ditemukan sel
kanker lagi dalam tubuh saya. Puji Tuhan! Saya dinyatakan sudah sembuh.

Pada bulan Juli 2005, saya datang kembali ke KPPI. Sepulang dari KPPI,
suami saya kaget ketika melihat saya sudah bisa berjalan dengan cepat!
Sejak saat itu, saya sudah mulai dapat melakukan aktivitas sehari-hari,
seperti: memasak, pergi ke pasar dan membersihkan rumah .

Dipulihkan Secara Total!
Pada bulan Agustus 2005, saya benar-benar merasakan perubahan total pada
seluruh tubuh saya. Berat badan saya sudah naik menjadi 54 kg. Efek samping
kemoterapi yaitu pigmentasi pada kulit, kuku, dan mata semuanya telah hilang
dan rambut saya berangsur-angsur mulai tumbuh. Saya merasa kuat dan sehat.

Pada bulan Agustus 2005, saya kembali pergi ke dokter untuk mencek penyakit
saya. Sekali lagi dokter menyatakan bahwa tidak ada sel kanker dalam tubuh
saya! Saya sudah disembuhkan secara total. Tuhan Yesus sungguh ajaib. Dia
teramat baik bagi saya.

Tidak ada komentar: